Semoga Selamat Sampai Tujuan
Hey, hari ini kau berada dalam perjalanan, kan? Tak
peduli seberapa kuat dan tegar: ditunggu tugas-tugas kuliah, ditambah meninggalkan
keluarga, teman-teman di kampung halaman; kecil atau besar tetap akan membuat
dadamu berlubang, kan?
Hey, saya ingin memastikan senyuman menetap di wajahmu
selama di perjalanan.
Saya ingat pernah membaca keberanian Marcopolo menaklukan
lautan, semangat Ibnu Batutah melakukan perjalan demi menegakan yang ia yakini
dalam hati. Saya ingat kontroversi siapa penemu benua Amerika yang sebenarnya,
Colombus atau atau Cheng Ho? Tetapi keduanya sama hebat, bukan?
Kau memang tidak berada dalam daftar orang-orang hebat
yang melakukan perjalanan yang pernah saya baca. Sebab kau tidak perlu sehebat
Marcopolo, Ibnu Batutah, Colombus atau Cheng Ho untuk saya kagumi. Kau tidak
butuh menjadi manusia lain, kau hanya cukup menjadi diri sendiri, hidup, dan
tersenyum.
Klise memang, tapi saya yakin kau juga mengenggam
keyakinan bahwa hidup adalah perjalanan; banyak orang-orang yang kau temui di
kereta yang sama, kalian bercengkerama, kalian cepat akrab dan membicarakan
banyak sekali hal, kau menyukainya, namun ia harus turun, lalu kalian berpisah.
Berbeda tujuan itu biasa, namun tetap saja, kau tidak
suka kehilangan.
Sebenarnya, banyak kehilangan lain lagi menunggumu di
perjalanan selanjutnya.
Saya ingin sekali berada dalam satu perjalanan denganmu.
Menyapamu, mengajakmu bercengkarama, membuatmu menyukai saya, namun tak pernah
harus turun, kita tak perlu berpisah.
Selain karena mengetahui kau tidak suka kehilangan, perjalananmu
adalah perjalanan milik saya juga, tujuanmu juga tujuan saya.
Sebagai perempuan yang sedang melakukan perjalanan
seorang diri, wajar saja jika kamu hati-hati pada setiap orang yang ingin duduk
di sebelahmu. Jika saya mendapatkan kesempatan itu, saya hanya ingin kamu bisa
melihat bahwa saya merasa sangat beruntung. Membuatmu merasa semakin aman,
menawarkan makanan ringan, dan sesekali menceritakan lelucon. Saya siap sedia
untuk segala hal yang sekiranya bisa meringankan perjalananmu. Saya rela
menyerahkan seluruh uang yang saya miliki, untuk ditukar dengan apa pun yang
membuat kita tetap dalam satu perjalanan.
Namun, jika kita bukan berada di bus yang sama.
Apa kau suka musik? Jika ya, saya ingin menjadi
earphonemu, memutarkan lagu-lagu favoritmu. Atau, menyamar menjadi pengamen
yang tiba-tiba saja menyanyikan daftar lagu dari penyanyi kesukaanmu. Kau pasti
tersenyum, lalu memberi saya uang lebih, tapi tentu saja saya akan menolaknya,
berkata “Saya tidak butuh uang, saya hanya butuh agar kau tetap tersenyum.
Sungguh, itu lebih berharga dari apa saja yang pernah saya lihat dan miliki.”
Kau gadis tegar, perjalananmu layak penuh simponi, bukan
sepi.
Jika kau tidak musik, saya akan menjadi bintang. Yang
menuntunmu ketika perjalananmu kehilangan arah. Menjadi bulan yang purnama
terus-menerus, pada tiap perjalananmu di malam gelap. Saya matahari, meredupkan
diri sendiri ketika kau berkeringat karena terlalu panas di suatu siang dalam
perjalananmu.
Jadi, ke mana kah tujuanmu? Apa yang sesungguhnya ingin
kau capai? Tak peduli apa, saya ingin tersedia untuk membantumu.
Saya bersedia menjadi fosil untuk bahan bakar, mesin
bertenaga kuda, atau apa pun yang bisa memastikan kau selalu sempai pada tujuan
di seluruh perjalanan milikmu. Pun kali ini. Bisakah kau juga memastikannya,
untukku?
Selamatlah, sampai tujuan. Sebab kau belum mengetahui,
ada yang menganggap embus nafas, degup jantung, aliran darahmu saja sebagai
sebuah anugerah. Apalagi jika kau melakukan perjalanan ini dengan hati yang
ringan, dan bibir tersenyum. Bisa kau bayangkan bagaimana senangnya ia?
Kau, semoga selamat sampai tujuan, di perjalananmu kini
dan seluruh perjalanan yang akan kauhadapi.
Labels
Roman
Post A Comment
Tidak ada komentar :