Anekdot

Roman

Semoga Selamat Sampai Tujuan

Hey, hari ini kau berada dalam perjalanan, kan? Tak peduli seberapa kuat dan tegar: ditunggu tugas-tugas kuliah, ditambah meninggalkan keluarga, teman-teman di kampung halaman; kecil atau besar tetap akan membuat dadamu berlubang, kan?

Hey, saya ingin memastikan senyuman menetap di wajahmu selama di perjalanan.
Saya ingat pernah membaca keberanian Marcopolo menaklukan lautan, semangat Ibnu Batutah melakukan perjalan demi menegakan yang ia yakini dalam hati. Saya ingat kontroversi siapa penemu benua Amerika yang sebenarnya, Colombus atau atau Cheng Ho? Tetapi keduanya sama hebat, bukan?

Kau memang tidak berada dalam daftar orang-orang hebat yang melakukan perjalanan yang pernah saya baca. Sebab kau tidak perlu sehebat Marcopolo, Ibnu Batutah, Colombus atau Cheng Ho untuk saya kagumi. Kau tidak butuh menjadi manusia lain, kau hanya cukup menjadi diri sendiri, hidup, dan tersenyum.

Klise memang, tapi saya yakin kau juga mengenggam keyakinan bahwa hidup adalah perjalanan; banyak orang-orang yang kau temui di kereta yang sama, kalian bercengkerama, kalian cepat akrab dan membicarakan banyak sekali hal, kau menyukainya, namun ia harus turun, lalu kalian berpisah.

Berbeda tujuan itu biasa, namun tetap saja, kau tidak suka kehilangan.
Sebenarnya, banyak kehilangan lain lagi menunggumu di perjalanan selanjutnya.
Saya ingin sekali berada dalam satu perjalanan denganmu. Menyapamu, mengajakmu bercengkarama, membuatmu menyukai saya, namun tak pernah harus turun, kita tak perlu berpisah.

Selain karena mengetahui kau tidak suka kehilangan, perjalananmu adalah perjalanan milik saya juga, tujuanmu juga tujuan saya.

Sebagai perempuan yang sedang melakukan perjalanan seorang diri, wajar saja jika kamu hati-hati pada setiap orang yang ingin duduk di sebelahmu. Jika saya mendapatkan kesempatan itu, saya hanya ingin kamu bisa melihat bahwa saya merasa sangat beruntung. Membuatmu merasa semakin aman, menawarkan makanan ringan, dan sesekali menceritakan lelucon. Saya siap sedia untuk segala hal yang sekiranya bisa meringankan perjalananmu. Saya rela menyerahkan seluruh uang yang saya miliki, untuk ditukar dengan apa pun yang membuat kita tetap dalam satu perjalanan.

Namun, jika kita bukan berada di bus yang sama.

Apa kau suka musik? Jika ya, saya ingin menjadi earphonemu, memutarkan lagu-lagu favoritmu. Atau, menyamar menjadi pengamen yang tiba-tiba saja menyanyikan daftar lagu dari penyanyi kesukaanmu. Kau pasti tersenyum, lalu memberi saya uang lebih, tapi tentu saja saya akan menolaknya, berkata “Saya tidak butuh uang, saya hanya butuh agar kau tetap tersenyum. Sungguh, itu lebih berharga dari apa saja yang pernah saya lihat dan miliki.”

Kau gadis tegar, perjalananmu layak penuh simponi, bukan sepi.

Jika kau tidak musik, saya akan menjadi bintang. Yang menuntunmu ketika perjalananmu kehilangan arah. Menjadi bulan yang purnama terus-menerus, pada tiap perjalananmu di malam gelap. Saya matahari, meredupkan diri sendiri ketika kau berkeringat karena terlalu panas di suatu siang dalam perjalananmu.

Jadi, ke mana kah tujuanmu? Apa yang sesungguhnya ingin kau capai? Tak peduli apa, saya ingin tersedia untuk membantumu.

Saya bersedia menjadi fosil untuk bahan bakar, mesin bertenaga kuda, atau apa pun yang bisa memastikan kau selalu sempai pada tujuan di seluruh perjalanan milikmu. Pun kali ini. Bisakah kau juga memastikannya, untukku?

Selamatlah, sampai tujuan. Sebab kau belum mengetahui, ada yang menganggap embus nafas, degup jantung, aliran darahmu saja sebagai sebuah anugerah. Apalagi jika kau melakukan perjalanan ini dengan hati yang ringan, dan bibir tersenyum. Bisa kau bayangkan bagaimana senangnya ia?

Kau, semoga selamat sampai tujuan, di perjalananmu kini dan seluruh perjalanan yang akan kauhadapi.
Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

Tidak ada komentar :


three columns

cars